Senin, 18 April 2016

PENULISAN MINGGU KE 8 PENDAPATAN MELALUI JASA ONLINE

Cara Mendapat Penghasilan Lewat Media Online
Artikel sederhana ini saya buat diawali karena ‘tergelitik’ dengan beberapa statement (komentar) yang saya lihat di grup FB alumni almamater tempat saya kuliah. Tidak ada maksud sedikit pun dari saya untuk menyerang secara personal si pembuat komentar dengan membuat status ini. Apa isi komentar yang dimaksud?
Saya coba ringkas dan sederhanakan isi komentar yang dimaksud. Intinya adalah ada anggapan bahwa aktivitas kita di facebook, entah itu klik like, komentar, atau share, akan menambah keuntungan facebook secara langsung. Komentar lain yang mirip adalah pendapat bahwa like suatu postingan itu bisa dijual (postingan tipu-tipu yang meminta kita untuk like dan komen).
Pendapat seperti ini bukanlah yang pertama kali saya lihat, namun saya rasa cukup menarik untuk dibuat sebuah bahasan sederhana mengenai ini. Di postingan ini saya ingin memaparkan secara singkat mengenai cara-cara mendapatkan penghasilan secara online. Artikel ini merupakan pendapat pribadi yang didasarkan pada informasi dan pengamatan saya selama menekuni dunia internet marketing (IM).
Tahun 2009 adalah kesempatan pertama saya berkenalan dan bersentuhan langsung dengan internet marketing. Saya teringat akan sebuah ebook dari salah satu dedengkot IM Indonesia tentang klasifikasi sumber-sumber pendapatan di dunia online. Secara garis besar ia membagi sumber pendapatan dari dunia online ke dalam 4 bagian yang kemudian ia singkat menjadi CASO.
cara mendapatkan penghasilan secara online
C – Contextual Advertising
Sumber pendapatan pertama adalah dari dunia periklanan (Advertising). Biasanya cara mendapatkan penghasilan dari sumber pertama ini adalah dengan mengandalkan web atau blog yang memiliki konten tertentu. Ada 3 pihak yang terlibat disini, yaitu Advertiser, Vendor, dan Publisher.
Advertiser adalah orang/perusahaan yang memiliki produk (barang/jasa/layanan) untuk diiklankan. Publisher adalah orang/perusahaan yang menyewakan space yang dimilikinya (di web atau blog) untuk dipasangi iklan. Sedangkan vendor adalah perusahaan yang menjembatani advertiser dan publisher. Penjelasan sederhananya kurang lebih seperti itu.
Contoh dari ketiga peran ini misalnya MatahariMall, Google, dan Situs Web/Blog. Tentu beberapa waktu lalu Anda pernah merasakan ketika buka web kompas ada iklan MatahariMall. Ketika buka detik nongol juga dia. Buka web lain, masih juga muncul iklannya.
Nah disini MatahariMall berperan sebagai Advertiser, Google sebagai Vendor, dan situs-situs web/blog menjadi Publishernya. Publisher akan mendapatkan uang ketika iklan si Advertiser yang muncul di webnya diklik. Tentunya uang yang didapat harus bagi dua dengan Vendor dengan persentasi yang ditentukan Vendor. Ini yang dinamakan PPC (Paid Per Click).
Apakah bisa beriklan tanpa melalui Vendor? Tentu bisa bila memang situs web/blog si Publisher membuka layanan iklan ekslusif.
Ada banyak versi dari sumber pertama ini, tidak hanya PPC, tapi juga ada PPI (Paid Per Impression), PPD (Paid Per Download), PPI (Paid Per Install), PPV (Paid Per View), dan banyak lagi. Kuncinya disini adalah adanya konten yang menarik di web/blog yang dimiliki oleh pihak Publisher.
A – Affiliate Marketing
Sumber kedua yang dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan secara online adalah melalui pemasaran Affiliasi/Affiliate Marketing. Sebenarnya affiliate marketing adalah nama keren dari pemasaran melalui makelar. Faktanya memang seorang affiliate marketer adalah makelar yang mempromosikan produk-produk orang lain. Umumnya produk yang dipromosikan adalah produk digital, semisal Ebook, Tutorial, eCourse, dll.
Selain produk digital, produk fisik juga ada yang dipasarkan melalui sistem affiliasi ini. Contoh paling gampang adalah Amazon untuk yang diluar negeri, atau Lazada untuk yang didalam negeri. Bagaimana seorang affiliate marketer mendapatkan uang?
Berhubung ranahnya online/digital, maka sarana yang digunakan pun secara digital. Seorang affiliate marketer akan mendapatkan link/URL khusus dari pihak Vendor/pemilik produk yang menjadi ciri bahwa orang yang beli dari link tersebut merupakan hasil referensi dari si Affiliate marketer. Selain link, cara lain adalah dengan sistem kupon diskon. Biasanya pemilik produk/Vendor akan menyediakan kode kupon khusus untuk masing-masing affiliate marketer. Baik menggunakan link khusus maupun menggunakan kupon, sistem affiliasi ini sangat mengandalkan cookies browser kita.
S – Service
Sumber ketiga yang dapat dijadikan sebagai keran pendapatan online adalah dengan menjual atau menyediakan jasa secara online. Apakah jasanya juga harus berupa jasa online? Tidak juga, bisa juga yang ditawarkan adalah jasa offline. Beberapa jasa online yang bisa dijadikan sebagai sumber pendapatan antara lain: jasa pembuatan website, penulisan konten/isi website, pembuatan sales letter, backlink, promosi online, tambah follower, pembuatan video sales letter, dan masih banyak lagi. Selain jasa terkait dunia online, banyak juga jasa yang terkait aktivitas dunia offline yang ditawarkan melalui media online, misalnya jasa cetak brosur, pembuatan stempel, sablon kaos, unlock modem, translate makalah, dan lain sebagainya.
O – Online Business
Untuk sumber terakhir ini saya rasa tidak perlu dijelaskan panjang lebar karena saya yakin saat ini hampir semua orang sudah mengetahui apa itu bisnis online.
Demikian tulisan sederhana ini. Tidak ada sedikitpun maksud untuk menggurui, hanya sebatas berbagi. Saya bukan pakar, hanya seorang praktisi yang sehari-hari mencari sebakul nasi, segenggam berlian, BPKB kendaraan, dan sertifikat kepemilikan properti melalui Internet Marketing. Semoga bermanfaat menambah wawasan atau sekedar me-refesh ingatan.

Referensi : http://prakosobayu.com/cara-mendapat-penghasilan-lewat-media-online/

PENULISAN MINGGU KE 8 PENDAPATAN MELALUI JASA ONLINE

Pendapatan Online Lewat Kerja Part Time Entry Data Online

Hasilkan Uang Di Rumah Paruh Waktu Dengan Entry Data dengan ODAP

Dengan situasi ekonomi sekarang ini, kita mencari peluang pekerjaan untuk menghasilkan uang tambahan. Mungkin anda adalah seorang ibu rumah tangga yang sibuk yang mengorbankan pekerjaan di luar demi mengurus anak-anak di rumah., tapi juga menginginkan tambahan penghasilan. Anda mungkin sudah bekerja tapi mencari cara mudah menghasilkan uang tambahan. Ada banyak sekali cara mendapatkan uang tambahan. Salah satunya adalah entry data.

Sekarang ada program entry data yang termasuk baru di Indonesia yaitu ODAP (Online-based Data Assigment Program). Program ini memungkinkan kita menghasilkan uang ketika diberi tugas memasukkan data/entry data. Data tersebut diperoleh dari hasil promosi link referral yang sudah disediakan di member area.

Walau masih tergolong baru, namun ODAP berusaha untuk berkomitmen jujur dalam mengirimkan uang penghasilan setiap bulannya. Anda akan melihat uang masuk ke rekening anda tanpa harus dirtunda-tunda. Berita gembiranya adalah tanpa potongan. Dengan uang hasil entry data tersebut, anda bisa membiayai sekolah anak-anak, beli keperluan rumah tangga, bayar hutang dll.

Hebatnya, anda bisa mengerjakan pekerjaan entry data di rumah asalkan ada komputer dan sambungan internet. Bahkan anda sudah memeroleh bonus sebesar Rp.200.000,- sejak pertama kali keanggotaan anda di ODAP diaktifkan. ODAP juga memberi uang penghargaan sebesar Rp. 2.000.000 untuk jasa anda. Menariknya anda dapat menentukan berapa uang penghasilan yang ingin anda dapatkan.

Anda tidak memerlukan keahlian khusus kecuali browsing internet dan mengetik. Anda bisa mengerjakan tugas di warnet, rumah, atau dimana saja asalkan ada koneksi internet.

Cara kerjanya adalah promosi link referral anda. Kemudian anda melakukan entry data email yang masuk melalui link anda melalui form yang sudah disediakan di member area anda. Untuk setiap data yang dimasukkan anda mendapat komisi Rp. 10.000,-.

Ingat! ODAP bukanlah skema cepat kaya karena penghasilan yang anda peroleh tergantung dari usaha anda dalam mempromosikan ODAP code anda. Untuk bergabung anda cukup membayar kurang lebih Rp. 150.000,- (karena saya ketika membayar Rp. 174.470,-, jadi anda mungkin bisa kurang/lebih dari angka itu).

Referensi : http://caradapatuanglewatinternet.blogspot.co.id/2011/08/pendapatan-online-lewat-kerja-part-time.html



PENULISAN MINGGU KE 7 PENYERAPAN TENAGA KERJA MELALUI JASA ONLINE

Tenaga Kerja Konstruksi Dan Pembangunan Infrastruktur di Indonesia
PRESIDEN Ir. H. Joko Widodo telah mencanangkan dalam kabinetnya, bahwa pembangunan infrastruktur adalah bagian penting untuk mewujudkan cita – citatrisakti dan nawacita. Pembangunan infrastruktur dimulai dari konstruksi pembangunan di banyak lokasi dan daerah. Beberapa hari yang lalu, pemerintah melalui BPS me-release data penyerapan tenaga kerja di beberapa sektor lapangan pekerjaan, sebagai berikut :
Artikel-BPS

(Data Statistik BPS, 2015 : Jumlah Tenaga Kerja per Sektor)
Data tersebut menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja di sektor konstruksi sangat minim sekali jika dibanding dengan sektor pertanian (40,12 juta orang), sektor industri (16,38 juta orang), sektor perdagangan (26,65 juta orang), dan sektor jasa kemasyarakatan (19,41 juta orang). Data ini di-releaseoleh BPS pada kwartal 1 2015, untuk melihat jumlah penyerapan tenaga kerja di Indonesia.
Sektor konstruksi kurang peminat disebabkan beberapa hal diantaranya adalah : tenaga kerja yang bergabung dalam konstruksi adalah tenaga terampil, professional, competence, dan qualified. Tenaga kerja konstruksi dituntut 4 hal tersebut dikarenakan tuntutan kerumitan serta kompleksitas dalam mengerjakan kepatuhan atas kebutuhan dan persyaratan dalam konstruksi. Kerumitan di konstruksi disebabkan karena tenaga kerja yang bergabung harus menyadari atas penjadwalan, keteknisan, prosedur – prosedur yang berlaku secara umum serta spesifik di konstruksi. Kerumitan tersebut ditambah pula dengan achievement serta compliance terhadap pemenuhan quality serta HSE (Health, Safety, and Environment), sebab konstruksi mempunyai risk cukup besar bagi keselamatan dan kesehatan manusia serta lingkungan disekitarnya.
artikel

Project Competency Personnel
Siklus diatas menunjukkan kompetensi personnel (tenaga kerja) yang dibutuhkan dalam proyek – proyek konstruksi. Tenaga kerja terlibat adalah mereka – mereka yang sudah mempunyai kemampuan atau teknologi untuk menjalankan dan eksekusi Engineering, kepatuhan kepada Quality, menyadari terhadap HSE (Health Safety Environment), mengerti dan mampu untuk melakukan Time/Schedule,maintain terhadap Cost, mampu untuk mengidentifikasi dan menurunkan tingkat Risk, dan mampu untuk mengidentifikasi Interfacing.
Hal tersebut diatas tidak bisa diperoleh oleh seorang tenaga kerja dari dunia pendidikan semata, namun lebih kepada keterlibatan tenaga kerja kepada pekerjaan atau proyek – proyek yang sudah berjalan. Dunia pendidikan hanyalah sebuah jalan singkat untuk meningkatkan teori – teori yang muncul hasil dari penelitian dan asumsi – asumsi yang terkodifikasi dengan baik. Dunia pendidikan tidak bisa menjelaskan update terhadap perkembangan kemajuan dan teknologi serta strategic penguasaan terhadap proyek  atau konstruksi yang diperoleh karena keterlibatan di kontruksi.
PMBOK (Project Management Body of Knowledge) diambil dari PMBOK – Fourth Edition, chapter 9 – Project Human Resource Management, page 215, memberikan guidance cukup jelas bahwa projectstaffing melakukan determine dan indentity human resources dengan kemampuan ketrampilan yang memenuhi untuk kesuksesan proyek. Termasuk didalamnya kebutuhan training, strategi team  building, rencana dan program – program. Dari sini terlihat bahwa project konstruksi sangat tergantung dengan ketersediaan tenaga kerja terampil, terlatih, dan competency.
Kompleksitas dalam konstruksi disebabkan karena banyak pihak tergabung serta interface dengan pekerjaan bersamaan satu waktu. Hal tersebut membutuhkan expertise agar proyek konstruksi pihak lain tidak terganggu, sementara itu proyek di yang dijalankan juga tidak sampai delay. Kompleksitas yang sering muncul adalah sequence dalam sistem eksekusi, dimulai dari Engineering, Procurement, Construction, Installation, dan Commissioning. Masing – masing sequence tersebut mengorganisirmanagement tertentu, sehingga harus sinkronisasi antar departemental. Kompleksitas juga muncul saat eksekusi dijalankan tiap departemental, yang membutuhkan penjadwalan serta kebutuhan resourcesmemadai.
Dari paragraph diatas dapat diambil benang merah agar resources dalam konstruksi harus tersedia dan memadai. Tersedia sesuai dengan waktu dan kapasitas, memadai sesuai dengan spesifikasi dan prosedur-prosedur konstruksi. Resources bisa dalam bentuk dukungan dari alat – alat berat (crane, bulldozer, atau dozer), alat – alat pendukung konstruksi (scaffolding, kalibrator, APD, fuel), atau pekerja atau sumberdaya manusia. Alat – alat tersebut bisa dibuat dan ketersediaannya hanya tergantung dari penawaran harga tinggi. Sementara personel atau pekerja konstruksi harus terlatih, trampil, dan mengerti benar atas kebutuhan – kebutuhan akan pekerjaan konstruksi.
Ketersediaan tenaga kerja memadai bagi konstruksi agar professional, competence, terampil, danqualified dapat dilakukan dengan banyak hal, diantaranya adalah dengan sistem pelatihan yang memadai serta compliance standart – standart internasional atau nasional. Pelatihan – pelatihan tersebut dilaksanakan di banyak daerah dan wilayah, agar dapat menjangkau seluruh masyarakat calon tenaga kerja terampil. Pelatihan dilakukan dari sisi softskill (management) atau hardskill (keteknisan dan operasionalitas), karena konstruksi juga meng-adopt dua hal tersebut. Pelatihan tidak hanya dilaksanakan oleh lembaga pelatihan atau deparmen pemerintahan yang ditunjuk atau sesuai dengan lingkup pembentukan departemen. Pelatihan juga bisa dilakukan oleh lembaga – lembaga lain yang mempunyai competency, leadership, dan kesadaran penuh atas kekurangan penyerapan tenaga kerja di dunia konstruksi. Sekedar informasi bahwa banyak perusahaan – perusahaan yang mengembangkanin-house training untuk peningkatan profesionalisme serta competency staff mereka, karena tuntutan untuk kemajuan perusahaan merupakan kewajiban semua pihak dalam perusahaan tersebut tidak hanya management, pun juga demikian dengan konstruksi.
Pelatihan – pelatihan untuk konstruksi sangat kurang di Jakarta, apalagi di daerah – daerah yang terlewati pembangunan, namun sayangnya hal tersebut tidak menjadi concern pemerintah, walhasil tenaga kerja di daerah – daerah yang professional menjadi berkurang. Lembaga – lembaga non government seperti IAFMI (Ikatan Ahli Fasilitas Minyak Oil and Gas), PII (Persatuan Insinyur Indonesia), SNAMOE (Society of Naval Architecture, Marine Engineering, and Offshore Engineering) dapat mengambil peranan penting untuk bisa melakukan dan membuka pelatihan – pelatihan professional, yang mendukung terciptanya tenaga kerja konstruksi trampil.
MEA 2015 sudah di depan mata, ada kemungkinan bahwa tenaga kerja konstruksi akan banyak diambil dari negara – negara lain yang akan memasuki Indonesia, hal ini bukan saja membawa negative impact, namun juga akan menutup lowongan pekerjaan bagi tenaga kerja Indonesia. Maka diperlukan sistem sertifikasi tenaga kerja Indonesia yang di-endorse oleh lembaga – lembang terkait. Sistem sertifikasi ini ditujukan untuk perlindungan konsumen, namun lebih dari itu juga sebagai komparitas tingkat keahlian tenaga kerja Indonesia dengan tenaga kerja asing. Keberpihakan untuk tenaga pekerja konstruksi Indonesia agar bisa berdiri tegak di negara sendiri adalah keharusan, maka sistem sertifikasi yang dilakukan juga harus bisa berpihak kepada tenaga kerja Indonesia.
Peran serta sekolah – sekolah dan perguruan tinggi untuk memberikan bekal ketrampilan projectconstruction, seperti : fitter, welder, foreman, supervisor atau superintendent bisa memberikan bekal positif untuk kelulusan anak didiknya, sehingga diharapkan dapat menambah ketrampilan kerja untuk tenaga kerja baru. Kesenjangan antara dunia sekolah atau perguruan tinggi dengan dunia kerja bukan lagi isapan jempol, namun lebih dari itu juga merupakan realitas di Indonesia. Dengan pelatihan sejak dini untuk diharapkan anak didik bisa mengerti atau minimal bisa membayangkan potensi pekerjaan ke depan. Sementara ini tenaga kerja konstruksi tidak diminati karena pekerja – pekerja tersebut tidak mempunyai pengetahuan mendalam untuk menjadi welder, fitter, scaffolder, foreman atau officer, inilah yang menyebabkan pemilik proyek konstruksi jarang yang mau mengambil tenaga kerja fresh graduate.


TUGAS MINGGU KE 7 USAHA KECIL MENENGAH MEMBAWA SUKSES (2)

Contoh Usaha Kecil Menengah Membawa Sukses

Banyak diantara kita yang menyukai Manisan Buah Ceremai. Rasanya yang enak dan legit
bisa dijadikan cemilan untuk santai bersama keluarga. Apalagi bila buahnya manis dan segar, manisan pun bisa disimpan hingga lebih dari dua bulan. Peluang inilah yang dimanfaatkan masyarakat di Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu.

Sang pemilik usaha manisan buah ceremai bernama Indah mengaku bila modal yang dikeluarkan untuk membuat manisan ini hanya sebesar Rp.90.000. Usaha yang dijalankan selama setahun dua kali ini memang diakuinya musiman, namun keuntungannya bisa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Untuk membuat manisan ceremai tersebut, dirinya hanya membutuhkan bahan baku buah ceremai dan gula pasir. Ia membeli buah ceremai dari pulau seberang biasanya hingga tiga ember, di mana harga per embernya sebesar Rp.15.000. Kemudian indah akan membagi rejekinya kepada orang lain untuk menggiling buah tersebut yang jasanya dihargai Rp.15.000.

Setelah buah ceremai digiling, barulah ditaruh di dalam boks, yang dijual sebesar Rp.6.000. Adapun dalam sekali giling, dia bisa mendapatkan sebanyak 20 boks. Selanjutnya, dia menjelaskan, manisan buah ceremai yang sudah jadi dihargainya sebesar Rp.8.000 per toples untuk dipasarkan, serta bisa bertahan hingga dua bulan. Tertarik dengan Contoh Usaha Kecil Menengah kebawah ini? Yuk segera action
-----------------
Disini Saya Akan Menjelaskan Tentang Usaha Kecil Menengah, dari beberapa sumber yang saya dapat. Disini akan di uraikan pengerian, ciri-ciri, kelemahan dan kelebihan UKM (Usaha Kecil Menengah) memegang peranan yang sangat besar dalam memajukan perekonomian Indonesia.Selain sebagai salah satu alternatif lapangan kerja baru,UKM juga berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi pasca krisis nmoneter tahun 1997 di saat perusahaan-perusahaan besar mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya.Saat ini,UKM telah berkontribusi besar pada pendapatan daerah maupun pendapatan negara Indonesia.

UKM
merupakan suatu bentuk usaha kecil masyarakat yang pendiriannya berdasarkan inisiatif seseorang.Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa UKM hanya menguntungka pihak-pihak tertentu saja.Padahal sebenarnya UKM sangat berperan dalam mengurangi tingkat pengangguran yang ada di Indonesia.UKM dapat menyerap banyak tenaga kerja Indonesia yang masih mengganggur.Selain itu UKM telah berkontribusi besar pada pendapatan daerah maupun pendapatan negara Indonesia.
UKM juga memanfatkan berbagai Sumber Daya Alam yang berpotensial di suatu daerah yang belum diolah secara komersial.UKM dapat membantu mengolah Sumber Daya Alam yang ada di setiap daerah.Hal ini berkontribusi besar terhadap pendapatan daerah maupun pendapatan negara Indonesia.
Beranjak dari semuanya itu,penulis ingin mengulas peranan UKM dalam perekonomian Indonesia.Penulis ingin mengungkapkan peranan penting UKM dalam memajukan perekonomian Indonesia. Penulis juga mengulas faktor-faktor produksi yang ada pada suatu UKM,tetapi penulis memusatkan penjelasannya mengenaiFaktor
Produksi Alam. Penulis berusaha menjelaskan faktor pendukung dan penghambat UKM.
Penulis juga berusaha memberikan jalan keluar (solusi) yang dapat dilakukan untuk
menghadapi faktor-faktor yang menghambat perkembangan UKM di Indonesia

Pengertian Usaha Kecil Menengah

Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.”

Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Miliar Rupiah)
3. Milik Warga Negara Indonesia
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar
5. Berbentuk usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Ciri-Ciri dan contoh Usaha Kecil Menengah
Ciri-ciri usaha kecil
• Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah;
• Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;
• Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha;
• Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP;
• Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha;
• Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;
• Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning.
Contoh usaha kecil
• Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja;
• Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya;
• Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan;
• Peternakan ayam, itik dan perikanan;
• Koperasi berskala kecil.

Ciri-ciri usaha menengah

• Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi;
• Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan;
• Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;
• Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll;
• Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;
• Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.

Contoh usaha menengah
Jenis atau macam usaha menengah hampir menggarap komoditi dari hampir seluruh sektor mungkin hampir secara merata, yaitu:

• Usaha pertanian, perternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah;
• Usaha perdagangan (grosir) termasuk expor dan impor;
• Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garment dan jasa transportasi taxi dan bus antar proponsi;
• Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam;
• Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer buatan.

Contoh usaha kecil
• Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja;
• Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya;
• Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan;
• Peternakan ayam, itik dan perikanan;
• Koperasi berskala kecil.

Kelebihan Dan Kelemahan Usaha Kecil Menengah
1.Inovasi dalam teknologi yang dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk.
2.Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil
3.Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibandingkan dengan perusahaan berskala besar yang pada umumnya birokratis
4.Terdapat dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan.

Kelemahan yang dimiliki Usaha Kecil dan Menengah (UKM) (Tambunan, 2002) adalah:
1.Kesulitan pemasaran
Hasil dari studi lintas Negara yang dilakukan oleh James dan Akarasanee (1988) di sejumlah Negara ASEAN menyimpulkan salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran yang umum dihadapi oleh pengusaha UKM adalah tekanan-tekanan persaingan, baik dipasar domestik dari produk-produk yang serupa buatan pengusaha-pengusaha besar dan impor, maupun dipasar ekspor.
2.Keterbatasan finansial
UKM di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial antara lain: modal (baik modal awal maupun modal kerja) dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan output jangka panjang.
3.Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)
Keterbatasan sumber daya manusia juga merupakan salah satu kendala serius bagi UKM di Indonesia, terutama dalam aspek-aspek kewirausahaan, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, control kualitas, akuntansi, mesin-mesin, organisasi, pemprosesan data, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Semua keahlian tersebut sangat diperlukan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi dan produktifitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus pasar baru.
4.Masalah bahan baku
Keterbatasan bahan baku dan input-input lain juga sering menjadi salah satu masalah serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi UKM di Indonesia.
Terutama selama masa krisis, banyak sentra-sentra Usaha Kecil dan Menengah seperti sepatu dan produk-produk textile mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku atau input lain karena harganya dalam rupiah menjadi sangat mahal akibat depresiasi nilai tukar terhadap dolar AS.
5.Keterbatasan teknologi
Berbeda dengan Negara-negara maju, UKM di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi tradisonal dalam bentuk mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya membuat rendahnya jumlah produksi dan efisiensi di dalam proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat serta kesanggupan bagi UKM di Indonesia untuk dapat bersaing di pasar global.
Keterbatasan teknologi disebabkan oleh banyak faktor seperti keterbatasan modal investasi untuk membeli mesin-mesin baru, keterbatasan informasi mengenai perkembangan teknologi, dan keterbatasan sumber daya manusia yang dapat mengoperasikan mesin-mesin baru.

Jenis-Jenis Usaha Kecil Menengah
ada 3 jenis usaha yang bisa dilakukan oleh UKM untuk menghasilkan laba.
Ketiga jenis usaha tersebut adalah :
1. Usaha Manufaktur (Manufacturing Business)
Yaitu usaha yang mengubah input dasar menjadi produk yang bisa dijual kepada konsumen. Kalau anda bingung, contohnya adalah konveksi yang menghasilkan pakaian jadi atau pengrajin bambu yang menghasilkan mebel, hiasan rumah, souvenir dan sebagainya.
2. Usaha Dagang (Merchandising Business)
Adalah usaha yang menjual produk kepada konsumen. Contohnya adalah pusat jajanan tradisional yang menjual segala macam jajanan tradisional atau toko kelontong yang menjual semua kebutuhan sehari-hari.
3. Usaha Jasa (Service Business)
Yakni usaha yang menghasilkan jasa, bukan menghasilkan produk atau barang untuk konsumen. Sebagai contoh adalah jasa pengiriman barang atau warung internet (warnet) yang menyediakan alat dan layanan kepada konsumen agar mereka bisa browsing, searching, blogging atau yang lainnya.
Sekarang saya akan bertanya kepada anda. Saya punya perusahaan yang bergerak di bidang agrobisnis, budidaya udang, di dalamnya termasuk pembibitan dan pembesaran.

Kesimpulan
1.             Usaha Kecil Menengah adalah Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.
2.            Usaha Kecil Menengah mempunyai 3 Jenis usaha yang dapat dilakukan oleh pelaku untuk mencari laba Usaha Manufaktur, Usaha Dagang dan Usaha Jasa
3.            Adapun Kelebihan Dan kekurangan UKM


Referensi : http://usahamodalkecil31.blogspot.co.id/2012/06/contoh-usaha-kecil-menengah-membawa.html

TUGAS MINGGU KE 7 USAHA KECIL DAN MENENGAH BATIK (1)

Batik printing bisa membunuh batik tradisional
Batik printing bisa membunuh batik tradisional 
SEMARANG. Ketika membahas perkembangan batik di Jawa Tengah, khususnya kota Semarang, Eko Haryanto langsung terdiam beberapa saat. Pengusaha Usaha Kecil Menengah (UKM) Cinta Batik Semarangan itu kemudian mengakui, dia sedang resah atas perkembangan batik di Semarang.
"Saat ini banyak batik printing alias produk tekstil bermotif batik. Pelan-pelan tapi pasti jika tidak ada proteksi pasti akan membunuh batik tradisional," katanya ketika berbincang dengan Tribun Jateng, Jumat (26/12). Eko menyebutkan, dari sisi penyerapan tenaga kerja, usaha batik tradisional lebih bermanfaat. Dia mencontohkan, usahanya yang bisa menyerap lima hingga 15 orang. Lain halnya batik printing yang hanya membutuhkan operator printer.
 Eko menyebutkan, keadaan Kampung Batik saat ini sudah berbeda dengan zaman dahulu. Pada 2006 hingga 2010, pengusaha Kampung Batik masih konsisten dengan batik tradisional, baik tulis maupun cap.
Namun, pada 2011 batik printing mulai muncul. Orang awam pasti tidak bisa membedakan antara batik tradisional dan printing. Padahal batik tradisional nilainya setingkat lebih tinggi.
"Jangan sampai pengakuan UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization/Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB--Red) malah disia-siakan," keluhnya. Untuk mendapat pengakuan lebih, Eko rela merogoh kocek jutaan rupiah untuk menguji kompetensinya beberapa waktu lalu. Ia menceritakan prosesnya mendaftarkan diri ke Badan Sertifikasi Profesi Nasional (BSPN) agar diuji. "Untuk pengujian tiap profesi, saya harus merogoh kocek Rp 600 ribu," katanya.
Pendamping Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Jateng yang juga penilai kompetensi, Riza Radianto menyebutkan, kompetensi yang dilakukan untuk UMKM batik berbeda dengan profesi lain, yang intinya untuk wujud pengakuan terhadap para profesional batik di Indonesia. Ia menjelaskan, dalam industri batik ada beberapa profesi mulai dari peracik malam, pencanting, tukang cap, hingga desainer batik. Penilaian per orang disesuaikan keterampilannya. "Yang diuji bukan teori, melainkan kemampuan sehari-hari. Jadi tidak masalah meskipun pembatik tidak pernah baca tulis," ujarnya. Riza menjelaskan, di setiap kabupaten/kota di Jawa Tengah punya batik. "Bayangkan jika semua industri mempunyai sertifikasi profesi, pihak luar atau orang asing pun tidak akan memandang remeh industri batik," katanya. Direktur Eksekutif Forum Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi (BKSP), Yustina menambahkan, para SDM yang sudah mengikuti uji kompetensi akan mendapat sertifikat.
Uji kompetensi itu berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No 23 Tahun 2004yang mengatur tentang Sertifikasi Profesi. "Hal ini juga akan menambah data berapa sih tukang batik kompeten di indonesia dengan syarat sudah mengusai bidang dua tahun," tuturnya.
Referensi : http://kesehatan.kontan.co.id/news/batik-printing-bisa-membunuh-batik-tradisional


Selasa, 12 April 2016

TUGAS MINGGU KE 6 SEJARAH INDUSTRIALIASASI DI INDONESIA

Sejarah Industrialisasi di Indonesia


Saat mengikuti Trainning mengenai  capacity building untuk industrial manager  minggu lalu, salah seorang  Trainner, Profesor dari Korea menyampaikan pernyataan yang menarik. Beliau menjelaskan mengenai tiga tahap perkembangan Industri. Pertama diawali dari Industri padat karya, kemudian secara bertahap beralih ke bentuk industri berat, dan ketiga yaitu Industri Telekomunikasi - Informatika. Dia mengambil contoh dua negara di dunia telah mencapai perkembangan industri sampai tahap ketiga, yaitu Amerika dan Korea . pernyataan menariknya sebagai berikut,” 
Amerika mencapai tahap ketiga dalam rentang waktu 200 tahun, dan Korea mencapainya dalam kurun waktu 30 tahun, bagaimana dengan Indonesia ? Pertanyaan terakhir Trainner ini dibalas dengan senyum simpul ( dan malu-malu) dari seluruh peserta, termasuk saya. Bagaimana bisa jawab  kalau  kapan mulainya saja kami tidak tahu. Semenjak kejadian ini, saya berusaha  menemukan jawabannya. Kapan  Indonesia mulai memasuki era Industrialisasi. Secara khusus, artikel ini saya tujukan bagi seluruh praktisi dan akademisi yang mencintai industri manufacture di Indonesia.

Perkembangan Industri Dunia

Revolusi Industri
Industri di dunia diawali dari Revolusi Industri ( RI ) di Inggris pada abad ke-18Pada dasarnya Revolusi Industri  merupakan penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin. Dorongan terbesar terjadinya Revolusi Industri  ini saat penemuan mesin uap oleh James Watt’s Th. 1764. Mesin ini menjadi pendorong utama tenaga mesin penggerak pada pertanian pabrik. Percepatan Revolusi Industri  terjadi pada tahun 1800 dengan dikembangkannya mesin yang menggunakan bahan bakar dan listrik.

RI di Inggris tidak berdiri sendiri, melainkan suatu proses yang berkaitan dengan berbagai permasalahn sosial ekonomi, budaya dan politik. Revolusi itu sendiri merupakan suatu perubahan dan pembaharuan secara radikal dan cepat pada bidang perdagangan, industri, dan teknik yang terjadi di Eropa, terutama di Inggris pada abad ke-18.

Penemuan mesin–mesin (meski berpenggerak manual) mendorong pemilik bermodal besar untuk memperkerjakan banyak tenaga-tenaga buruh, dan mendirikan gedung-gedung besar. Tempat-tempat kerja buruh yang digunakan untuk berproduksi disebut manufacture. Manufacture-manufacture inilah yang merupakan langkah awal terjadinya proses Industrialisasi. RI adalah awal dari Industrialisasi di Inggris. Didukung oleh kekayaan alam ( bijih besi, batubara ) industrialisasi berkembang semakin cepat. Perkembangan RI menorong timbulnya produksi dan pemasaran secara massal, mengawali timbulnya gagasan automatisasi, serta menimbulkan pergeseran perkembangan orientasi perekonomian dari produksi barang ke produksi jasa. Perkembangan industri dalam industrialisasi sebagai dampak RI disebabkan masalah ekonomi khususnya dan kemanusiaan umumnya, yaitu :
1. Bertambahnya penggunaan mesin
2. Efisiensi produksi batubara, besi dan baja
3. Pembangunan Jalur kereta Api, perkembangan alat transortasi dan komunikasi.
4. Meluasnya sistem perbankan dan perkreditan.

Perkembangan industri di Inggris sangat ditunjang oleh luasnya daerah-daerah koloni yang dikuasai Kerajaan Inggris saat itu, yang sekaligus menjadi daerah-daerah pemasaran yang sangat potensial.
Era Industrialisasi di Amerika dimulai tahun 1804, saat  Oliver Evans mengembangkan mesin uap tekanan tinggi yang dapat digunakan untuk kapal dan pabrik. Kemudian pada tahun 1813, sekelompok pedagang kaya yang terkumpul dalam Boston Associates membentuk Boston Manufacturing Company. Mereka mendirikan pabrik pertamanya di Waltham, Massachusets. Di dalam satu perusahaanberlangsung  pemprosesan dari bahan mentah hingga bahan jadi. Pada tahun 1815, pabrik tekstil di New England telah berjumlah ratusan. Mereka telah meletakkan dasar bagi perkembangan industri tekstil di Amerika. Masa produksi massal telah dimulai di Amerika.

Indonesia memasuki era Industrialisasi Sejak Tahun 1826
Era Industri Indonesia dimulai pada jaman kolonial Belanda. Yang mengejutkan, dari beberapa fakta, ternyata era Industri ini berdekatan waktunya dengan awal perkembangan Industri di Inggris dan Amerika, yaitu abad ke-18. Industri di Indonesia dimulai bersamaan dengan awal perkembangan Pabrik-pabrik Gula di Jawa.

Gula  merupakan komoditas utama pada jaman kolonial Belanda. Pada tahun 1667 datang sekelompok pedagang Belanda di Pulau Jawa yang mendirikan VOC. Dengan peningkatan permintaan gula di Eropa maka pada tahun 1750 pabrik milik etnis Cina disewa untuk memproduksi gula di Eropa terutama di pantai utara Jawa.
Penggilingan Tebu Tradisional pada masa Kolonial


Awalnya teknologi pengolahan tebu menjadi gula begitu sederhana dan tradisional. Cairan atau sari tebu didapat dari alat pengepres berupa silinder batu atau kayu yang diletakkan berhimpitan. Salah satu silinder diberi tonggak yang digerakka secara manual oleh manusa atau ternak. Satau orang atau lebih memasukkan tebu ketengah putaran silinder. Hasil press berupa cairan sari tebu dialirkan ke kuali besar dibawahnya.

Mekanisme Penggilignan Tebu Tradisional

Karena tingginya permintaan di Eropa, perlahan teknologi ini ditinggalkan. Mulailah Indonesia pada jaman Hindia Belanda memasuki Era Industrialisasi dalam arti sebenarnya, yaitu penggunaan mesin-mesin dalam melakukan proses produksi, sehingga meskipun menghasilkan volume output sangat tinggi dibanding manual, quality tetap terjaga.

Dengan didukung modal besar, pada tahun 1830, pabrik gula di Jawa Barat bertenaga mesin mulai berdiri. Ini dapat dilihat dengan adanya salah satu surat dari Jessen Trail and Company yang ditujukan pada NHM ( Bank ) yang berisi :
“In Embarking on the enterpries we now on hand, we very sensible of the deficiency of the rude and imperfect machinery by which the manufacture of sugar was carried on here, and therefore determined to import European machinery, with skillfull men to conduct the same … We now have ( 1826 ) three sets of mills. Where we employ a European horizontal mill with three cylinders, driven by a six horse power steam engine, a European eight horse power mill, with three cylinder. Worked by complete sets of iron boilers and iron and coppers clarifiers, as also three distilleries, comprising six European copper stills … and a suitable complement of fermenting system for distiling the molasses inti Arak and Rum .”

Terjemahan bebasnya kurang lebih seperti ini.
“ Dalam memulai perusahaan – perusahaan kita saat ini, kami sangat menyadari mesin-mesin yang digunakan untuk pembuatan gula sangat tidak efisien dan tidak sempurna, oelh karena itu kami ingin mendatangkan mesin – mesin dari Eropa beserta tenaga ahlinya. Kami saat ini ( 1826 )memiliki tiga pabrik penggilingan. Menggunakan  mesin giling horisontal dari Eropa dengan tiga silinder, berpenggerak mesin uap  6 HP dan 8 HP, komplet dengan unit ketel uap (boillers), clarifiers dari tembaga dan besi, dan tiga unit mesin destilasi  ( destilleries ) dan enam unit penyulingan berbahan tembaga dari Eropa…dan dilengkapi dengan sistem fermentasi untuk pembuatan arak dan rum.”

Mesin Giling Tebu 
Dari surat diatas dapat kita lihat bahwa sejak tahun 1826, Indonesia pada jaman Hindia Belanda telah memiliki tiga pabrik gula menggunakan mesin - mesin produksi dan  Steam Engine ( Ketel Uap ). Inilah titik awal lahirnya Industri di Indonesia.

Pada tahun  1837 – 1838 didirikan pabrik-pabrik gula meggunakan mesin-mesin yang  lebih modern di wilayah wonopringgo, Sragie, dan Kalimatie. Pertumbuhan industri ini menyebabkan tingginya permintaan akan tenaga kerja. Pada masa inilah, sejarah panjang tenaga kerja kontrak ( kuli kontrak ) di mulai dan pendorong penerapan sistem tanam paksa ( cultuurstelsel ) "yang brutal"   tahun 1830 untuk mendapatkan suplay tenaga kerja dan bahan baku (tebu) dengan biaya yang murah.

Pesatnya pertumbuhan industri gula saat itu juga diikuti oleh pertumbuhan industri kereta api di akhir abad ke-18. Tercatat, 
sejarah perkeretaapian di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan kereta api di desa Kemijen, Jumat tanggal 17 Juni1864, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh "Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km). Sedangkan diluar Jawa ( Sumatera ), pembangunan Rel KA juga dilakukan di Aceh tahun 1874, Sumatera Utara tahun 1886, Sumatera Barat tahun 1891, dan Sumatera Selatan tahun 1914. Kereta Api pada masa itu digerakkan oleh lokomotif  uap ( steam engine ) hasil pembakaran batu bara atau kayu.

Lokomotif uap milik Deli Spoorweg Maatschappij  (tahun 1910-an)
Kesimpulannya, beberapa faktor berikut merupakan pendorong terjadinya era industri di Indonesia ( evolusi Industri di Indonesia ) yang dimulai sejak tahun 1826 :
1. Penemuan mesin uap oleh James Watt’s Th. 1764
2. Berkembangnya teknologi permesinan dalam industri manufacture sebagai dampak dari Revolusi Indsutri di Inggris tahun 1800
3. Tingginya permintaan komoditas gula di Eropa
4. Ketersediaan tenaga kerja murah melalui sistem kerja kontrak oleh Pemerintah Hindia Belanda 
5. Ketersediaan Bahan Baku (tebu) murah melalui sistem tanam paksa (cultuurstelsel) tahun 1830.
6. Perkembangan  Indsutri  Kereta Api.

INDUSTRIALISASI DAN PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI

A.     SEJARAH SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA

Tahun 1920an industry modern di Indonesia hampir semua dimiliki oleh orang asing, walau jumlahnya hanya sedikit. Indutri kecil yang ada pada masa itu berupa industry rumah tangga seperti penggilingan padi, pembuatan gula merah (tebu dan nira), rokok kretek, kerajinan tekstil, dan sebagainya tidak terkoordinasi dengan baik.
Perusahaan modern hanya ada dua, yaitu pabrik rokok milik British American Tobaco (BAT) dan perakitan kendaraan bermotor General Motor Car Assembly. Depresi ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1930an meruntuhkan perekonomian, megakibatkan menurunnya penerimaan ekspor dari 1.448 gulden menjadi 505 gulden (1929) yang mengakibatkan pengangguran. Melihat situasi tersebut pemerintah Hindia Belanda mengubah system dan pola kenijakan ekonomi dari sector perkebunan ke sector industry, dengan memberi kemudahan dalam pemberian ijin dan fasilitas bagi pendirian industry baru.

Berdasarkan Sensus Industri Pertama (1939), industry yang ada ketika itu mempekerjakan 173 ribu orang di bidang pengolahan makanan, tekstil dan barang logam, semuanya milik asing. Pada masa PD II kondisi industrialisasi cukup baik. Namun setelah pendudukan Jepang keadaannya terbalik. Disebabkan larangan impor bahan mentah dan diangkutnya barang capital ke Jepang dan pemaksaan tenaga kerja (romusha). Setelah Indonesia merdeka, mulai dikembangkan sector industry dan menawarkan investasi walau dalam tahap coba-coba. Tahun 1951 pemerintah meluncurkan RUP (Rencana Urgensi Perekonomian). Program utamanya menumbuhkan dan mendorong industry kecil pribumi dan memberlakukan pembatasan industry besar atau modern yang dimiliki orang Eropa dan Cina.

B.     KONSEP DAN TUJUAN INDUSTRIALISASI

Dalam sejarah pembangunan ekonomi, konsep industrialisasi berawal dari revolusi industry pertama pada pertengahan abad 18 di Inggris dengan penemuan metode baru untuk pemintalan dan penenunan kapas yang menciptakan spesialisasi dalam produksi dan peningkatan produktivitas dari factor produksi yang digunakan. Setelah itu, inovasi dan penemuan baru dalam pengolahan besi dan mesin uap yang mendorong inovasi dalam pembuatan antara lain besi baja, kereta api dan kapal tenaga uap.
Revolusi industry kedua akhir abad 18 dan awal abad 19 dengan berbagai perkembangan teknologi dan inovasi membantu laju industrialisasi. Setelah PD II muncul berbagai teknologi baru seperti produksi masal dengan menggunakan assembly line, tenaga listrik, kendaraan bermotor, penemuan barang sintetis dan revolusi teknologi komunikasi, elektronik, bio, computer dan penggunaan robot.



   C.   PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR NASIONAL

Sector industry manufaktur di banyak Negara berkembang mengalami perkembangan sangat pesat dalam tiga decade terakhir. Asia Timur dan Asia Tenggara dapat dikatakan sebagai kasus istimewa. Lebih dari 25 tahun terakhir, dijuluki a miraculous economic karena kinerja ekonominya sangat hebat. Dari 1970 hinga 1995, industry manufaktur merupakan contributor utama.
Untuk melihat sejauh mana perkembangan industry manufaktur di Indonesia selama ini, perlu dilihat perbandingan kinerjanya dengan sector yang sama di Negara-negara lain. Dalam kelompok ASEAN, misalnya kontribusi output dari sector industry manufaktur terhadap pembentukan PDB di Indonesia masih relative kecil, walaupun laju pertumbuhan output rata-ratanya termasuk tinggi di Negara-negara ASEAN lainnya. Struktur ini menandakan Indonesia belum merupakan Negara dengan tingkat industrialisasi yang tinggi dibandingkan Malaysia dan Thailand.

D.   PERMASALAHAN DALAM INDUSTRI MANUFAKTUR

Secara umum, industry manufaktur di Negara-negara berkembang masih terbelakang jika dibandingkan dengan sector yang sama di Negara maju, walaupun di Negara-negara berkembanga ada Negara-negara yang industrinya sudah sangat maju.
Dalam kasus Indonesia, UNIDO (2000) dalam studinya mengelompokkan masalah yang dihadapi industry manufaktur nasional ke dalam 2 kategori, yaitu kelemahan yang bersifat structural dan yang bersifat organisasi.

Kelemahan-kelemahan structural di antaranya :

1. Basis ekspor dan pasarnya yang sempit
a. Empat produk, yakni kayu lapis, pakaian jadi, tekstil dan alas kaki memiliki pangsa 50% dari nilai
total manufaktur
b. Pasar tekstil dan pakaian jadi sangat terbatas
c. Tiga Negara (US, Jepang dan Singapura), menyerap 50% dari total ekspor manufaktur Indonesia, sementara US menyerap hampir setengah total nilai ekspor tekstil dan pakaian jadi
d. Sepuluh produk menyumbang 80% seluruh hasil ekspor manufaktur
e. Banyak produk manufaktur padat karya yang terpilih sebagai produk unggulan Indonesia mengalami penurunan harga di pasar dunia akibat persaingan ketat
f. Banyak produk manufaktur yang merupakan ekspor tradisional Indonesia mengalami penurunan daya saing
2. Ketergantungan impor yang sangat tinggi
3. Tidak adanya industry berteknologi menengah
4. Konsentrasi regional

Kelemahan-kelemahan organisasi, di antaranya
:
1. Industry skala kecil dan menengah (IKM) masih underdeveloped
2. Konsentrasi pasar
3. Lemahnya kapasitas untuk menyerap dan mengembangkan teknologi
4. Lemahnya SDM

E. STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SEKTOR INDUSTRI

Subtitusi Impor (inward-looking)

Promosi Ekspor (outward-looking)
Strategi industrialisasi

1. Strategi Subtitusi Impor

- Lebih menekankan pada pengembangan industry yang berorientasi pada pasar domestic
- Strategi subtitusi impor adalah industry domestic yang membuat barang menggantikan impor
- Dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan

mengembangkan industry dalam negeri yang memproduksi barang pengganti impor
Pertimbangan yang lajim digunakan dalam memilih strategi ini adalah:
a. SDA dan factor produksi lain (terutama tenaga kerja) cukup tersedia
b. Potensi permintaan dalam negeri memadai
c. Pendorong perkembangan sector industry manufaktur dalam negeri
d. Dengan perkembangan industry dalam negeri, kesempatan kerja lebih luas
e. Dapat mengurangi ketergantungan impor

2. Penerapan strategi subtitusi impor dan hasilnya di Indonesia

·               Industry manufaktur nasional tidak berkembang baik selama orde baru
·               Ekspor manufaktur Indonesia belum berkembang dengan baik
·               Kebijakan proteksi yang berlebihan selama orde baru menimbulkan high cost economy
·               Teknologi yang digunakan oleh industry dalam negeri, sangat diproteksi

3. Strategi Promosi Ekspor

·                Lebih berorientasi ke pasar internasional dalam pengembangan usaha dalam negeri
       Tidak ada diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas kemudahan lainnya dari pemerintah
·                Dilandasi pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika produk yang   dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor
·               Strategi promosi ekspor mempromosikan fleksibilitas dalam pergeseran sumber daya ekonomi yang ada mengikuti perubahan pola keunggulan komparatif

4. Kebijakan industrialisasi

·               Dirombaknya system devisa sehingga transaksi luar negeri lebih bebas dan sederhana
·               Dikuranginya fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan Negara dan  
kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sector swasta bersama-sama dengan     BUMN
·               Diberlakukannya Undang-undang PMA



Referensi : http://dedylondong.blogspot.co.id/2012/12/saat-mengikuti-trainning-mengenai.html

REVIEW 5 JURNAL MSDM

Review 5 Jurnal MSDM Nama               : Hasian Nainggolan Npm                 : 23215080 Kelas                : 4eb23 Review ...